Thursday, January 7, 2016

Membiasakan Anak-Anak Merapikan Buku

Anak saya baru 2 (yaa...masih ada peluang untuk nambah lagi, meski saat ini masih belum pengin, hehehe) dan cewek semua. Kata orang, anak cewek punya sifat lebih rapi dalam menyusun atau merapikan barang. Berhubung saya belum punya anak cowok dan suami saya meskipun bukan orang rajin tapi bukan tipe yang pemalas banget juga (do'i suka bantu-bantu beresin mainan anak-anak ataupun menyusun ulang rak buku yang berantakan) jadi saya cukup setuju dengan anggapan tersebut.

Lalu apa pentingnya kebiasaan merapikan buku? Tentu penting dong, untuk tipikal orang yang suka beli-beli buku seperti saya dan suami saya (yang meski beberapa diantara buku yang sudah dibeli tersebut masih belum tersentuh sama sekali!) pasti akan terdapat timbunan buku dimana-mana jika tidak dirapikan. Selain itu, bukan tanpa sebab saya menginginkan anak-anak untuk lebih peduli tentang kerapian ini, karena kondisi rumah kami yang cukup sempit menyebabkan keadaan rumah akan semakin berantakan jika banyak buku berserakan di lantai atau sudut-sudut rumah.

Untuk anak pertama, yaitu kak Afa mengingat umurnya sudah hampir 8 tahun dan karakter anaknya yang memang suka kerapian, jadi ga perlu usaha terlalu ngoyo untuk memintanya merapikan kembali buku bacaannya. Justru terkadang dia yang menawarkan diri untuk menyusun ulang rak buku, jika moodnya lagi bagus, hihihi. Positifnya adalah tanpa diminta/disuruh Afa sudah mempunyai kebiasaan merapikan buku bacaannya, negatifnya adalah dia sangat mudah marah jika ada seseorang yang mengubah susunan buku di meja belajarnya atau ada yang menggeletakkan buku yang baru saja dia rapikan, dalam hal ini tak lain dan tak bukan adalah si kecil Thia!

Untuk Thia yang baru berumur 4 tahun, memang butuh usaha lebih konsisten untuk membiasakan merapikan kembali buku bacaan, mengingat karakter anaknya yang lebih santai dan tidak terorganisir. Dia juga sering kali mengambil banyak buku untuk kemudian dia pakai bermain sekolah-sekolahan, setelah bermain dia akan mempunyai banyak alasan untuk tidak mengembalikan buku-buku yang sudah diambilnya, ya capek lah...ya masih mau dipakai main lagi lah...atau kata-kata pamungkasnya adalah nunggu Ayah pulang nanti beresinnya bareng Ayah -_-. Buku-buku yang diambil Thia memang kebanyakan buku bacaan dia sendiri, tetapi tidak jarang dia juga mengambil buku bacaan si kakak, yang akhirnya membuat Afa bete berat.

Meski Afa cukup mandiri dalam merapikan bukunya, tetap saja dia adalah anak-anak yang masih membutuhkan pendampingan, terlebih jika dia mendapatkan buku baru sementara buku yang sebelumnya masih belum selesai dibaca, terkadang Afa lupa untuk menyimpan kembali bukunya.

Sedangkan untuk Thia, bukan tipikal anak yang akan langsung melakukan apa yang saya minta, sehingga harus ada persuasi lebih menarik, misalnya dengan menjanjikan akan dibacakan lebih banyak menjelang tidur, atau dengan pujian-pujian sebagai penghargaan atas kerja kerasnya membantu merapikan buku.

Harapan kami, koleksi buku yang kami miliki dan simpan dengan rapi selain bisa bermanfaat untuk menambah wawasan anak-anak juga agar kelak bisa diwariskan ke cucu-cucu kami jika bisa terawat dengan baik.

#ODOPfor99days#day3


No comments:

Post a Comment