Thursday, September 27, 2012

Kegalauan

Sebenernya galaunya sudah agak lama, tapi akhir-akhir ini mencuat lagi ke permukaan *halah bahasane* apalagi melihat reaksi si ayah yang lempeng.com dengan alasan wait and see for next 1,5 years.

Jadi critanya sejak ibu bergaul (baca:follower doang, hi..hi..)dengan ibu-ibu pinter di itbmotherhood, semakin mendapatkan pencerahan tentang proses pemilihan sekolah bagi anak. Para buibu itu umumnya sangat tidak setuju dengan kurikulum sekolah negeri yang sekarang ada, standar nilai kelulusan dibuat tinggi, materi pelajaran yang dibuat sangat padat, standar penerimaan siswa di jenjang lebih tinggi juga semakin dipersulit dengan adanya sistem yang penerimaan berdasarkan nilai UNAS yang lebih tinggi-lah yang lebih diutamakan. Disisi lain sekarang semakin banyak sekolah-sekolah swasta yang menawarkan program terpadu, SDIT lah, SMPIT lah.



Kalau untuk ibu yang memang merasa tidak ada satupun sekolah yang bisa memfasilitasi kebutuhan anaknya, pilihan homeschooling bisa jadi merupakan pilihan yang tepat. Tapi bagi saya, dalam hal ini pendidikan untuk anak-anak saya, terus terang belum mempunyai cukup keberanian untuk memberlakukan homeschooling. Bukan hanya karena saya bekerja, tapi juga merasa diri tidak punya ilmu yang mumpuni dan tingkat kreatifitas yang rendah sehingga ujung-ujungnya sering mati gaya didepan anak kalau mulai bosan belajar *dalam kasus saya, karena Afa masih balita jadi proses belajar dirumah terjadi selama dia bermain bersama saya atau eyang ti-nya*

Eh..eh..kok jadi ngelantur, back to galau, setelah pengamatan selama 2,5 bulan kak Afa sekolah di TK ibu merasa ada beberapa hal yang kurang sreg dengan KBM di TK ini. Asal muasalnya karena hal yang sangat sepele*tapi cukup menyebalkan karena pake ke kantor polisi segala, huff!* yaitu hilangnya buku tabungan Afa oleh pihak sekolah, dimana pihak sekolah merasa sudah membagikan sedangkan ibu+ayah+yangti sejak awal pembagian seragam dan perlengkapan sekolah tidak pernah menemukan buku tsb*warnanya aja ga tahu!!* dan kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dengan siswa, jadi saya sering terlewat informasi dari sekolah, trus lagi rasio guru : murid = 1 : 15, yang membuat siswa kurang mendapatkan perhatian dan bimbingan yang optimal dari guru, dan beberapa hal lain yang tampak sederhana tapi sebenarnya penting untuk si anak.

Oiya, tujuan memasukkan kakak ke TK yang sekarang karena ingin dia melanjutkan ke SD yang satu yayasan dengan TK tersebut, karena SD tersebut memprioritaskan lulusan dari TK seyayasan dengan sistem indent minimal 6 bulan sebelum tahun ajaran baru! Ternyata setelah mengumpulkan informasi lebih lanjut lagi, kurikulum di SD incaran tersebut banyak yang yang membuat ibu agak keberatan dan jadi berpikir ulang untuk memasukkan kakak ke SD tersebut.

Akhirnya, ibu dan ayah diskusi tentang hal ini dan kami sepakat untuk mereview lagi pilihan sekolah SD untuk kak Afa, dengan mempertimbangkan kondisi kakak, kondisi TK yang sekarang, serta kondisi SD incaran. Ibu dan ayah *sebenernya lebih dominan ibu, karena ayah masih setengah kekeuh pengin di SD tadi* melirik pilihan kedua, yang sebenernya merupakan SD yang satu yayasan dengan playgroupnya kakak dulu.

Keputusannya…lets wait and see for the next 1,5 years ^_^
Semoga pilihan yang kami ambil kelak memang yang terbaik untuk Afa, karena sungguh kami tidak ingin dzhalim terhadap anak sendiri.

No comments:

Post a Comment