Di suatu sore menjelang maghrib, ketika ibu baru pulang kerja terjadi dialog ini, pake inisial aja yah, afa (A), ibu (I), yangti (Y).
Y : Kak, cerita ke ibu tadi di sekolah ada apa
A : Iya bu, tadi kakak tangannya kecepit pintu kamar mandi sekolah trus berdarah deh.
I : Oiya? Coba ibu lihat sini.
*Afa yang lagi mewarnai datang menyodorkan jari kelingking tangan kirinya yang kulitnya mengelupas didekat kukunya, dan ada luka bekas terhimpit pintu yang membekas serta darah yang mengering. Doeeeng, ibu langsung melotot, kirain cuma luka kecil, kalo ini mah pasti sakit*
I : Tadi habis kecepit bilang ke bu Guru ga?
A : Enggak, ga sakit kok.
I : Tapi kan ini keluar darah kak, tadi dicuci tangannya pas habis terluka?
*mulai deh ibu kepo berlebihan, menurut si ibu ini emang penting, menyangkut keselamatan anak!*
A : Enggak.*Sambil ngeloyor pergi melanjutkan mewarnainya*
I : Kakak, sini sebentar ibu pengin ngomong dikit.
*Nurut itu bocah langsung nyamper lagi, duduk deket ibu*
I : Kakak, lain kali kalau ada kejadian seperti ini bilang ya ke bu Guru. Kalo lukanya besar, trus kakak ga bilang kan jadi ga bisa langsung diobati, trus nanti sembuhnya lama, akhirnya kakak jadi ga bisa bebas beraktivitas
*Tau deh, ngomong panjang lebar gini, si bocah dengerin semuanya atau ga*
A : Iya bu. Tapi bu...
I : Iya?
A : Afa ga berani bilang ke bu Guru.
I : Kenapa ga berani?
A : Afa takut dimarahi bu Guru.
*Doeeengg...mak jeddar!! makin tambah kepo si ibu!*
I : Dimarahi? Afa pernah dimarahi bu Guru?
A : Iya, soalnya afa pernah dorong Ayu, trus sama bu Guru dibilang Afa hayoo catatannya sudah banyak lho! Jadi Afa ga berani lagi ngomong sama bu Guru.
I : Kakak, kalo kakak terluka kayak gini harus ngomong ke bu Guru. Besok-besok ga perlu takut lagi ngomong ke bu guru kalo memang kakak ga membuat kesalahan.
A : Iya bu.*sambil manggut-manggut memandangi hasil mewarnainya!*
Apakah ibu terlalu khawatir berlebihan? apalagi mendengar kata-kata "dimarahi".
Ternyata setelah "curhat" di salah satu milis, jawaban dari si Tukang Golok-nya adalah:
Yakin Afa sanggup hadapin resiko kalo dia lapor bu Juru?
Kan Niar ga tersedia utk lindungin dia pada saat itu.
Jadi..jadi..memang sebaiknya ibu ga usah ikut campur urusan kakak dengan sekolahnya *kecuali bagian ambil hasil evaluasi belajarnya* Bukan..bukan...karena tidak mau peduli apalagi abai dengan perkembangan sosial dan kognitif anak, tetapi lebih ke arah belajar untuk percaya sepenuhnya ke anak kalau dia sanggup menghadapi resiko jadi kedepannya ketika dia semakin beranjak dewasa, dia mempunyai kesadaran pribadi akan kebutuhannya, tanpa harus diingatkan ibu tanpa harus merasa terpaksa untuk menjalaninya.
Apalagi sebenernya reaksinya Afa lempeng aja *pinter malahan, udah tau sakit tapi gak nangis mengadu ke bu Juru*, dia cukup nyaman dengan sekolahnya meski sang Juru pernah melukai hatinya. Ah tampak si ibu harus lebih..dan..lebih lagi untuk terus belajar.
She's grow up..and someday she'll be live with various type of people, maybe not all of them will respect her but you know that she'll respect all that people, that's the point.
No comments:
Post a Comment