Kenapa harus was-was? Karena "angpau" yang diterima jumlahnya cukup besar untuk anak seumuran Afa, dan jika sang eyang berpesan untuk menabung atau memanfaatkan uang tersebut untuk membeli barang yang diinginkannya seringkali Afa menagih ke ibunya. Yang dia ingat bukan bagian menabungnya, tapi bagian membeli barang yang diinginkannya. Saya khawatir hal ini akan menjadikan Afa mempunyai pola pikir bahwa ternyata mudah mendapatkan uang (hanya dengan cara menunggu eyangnya datang berkunjung) dan menggunakan uang sesuka hatinya.
Sharing dari ibu-ibu di grup tersebut membawa pencerahan bagi saya. Ternyata tidak masalah mengenalkan konsep uang pada anak sejak usia dini (bahkan ada yang anaknya sudah mengenal tentang uang sejak usia 3 tahun!) asalkan sang orang tua bisa bijak memberikan penjelasan kepada anak darimana uang itu berasal dan bagaimana mengelola setiap uang yang diperolehnya. Salah satu kisah nyata adalah seorang anak (berusia 13 tahun) dari teman saya sudah bisa mengelola bisnisnya sendiri dengan baik, mulai dari ketersediaan stok barang, pembelian, penjualan dan pembukuannya dikerjakan sendiri dengan rapi dan teliti, subhanallahu...! Bahkan si anak ini tidak mempunyai rasa malu ataupun minder ketika menawarkan barang dagangannya kepada teman-temannya, padahal orang tuanya dari kalangan mampu lho!
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengenalkan konsep uang kepada anak adalah sebagai berikut:
§ Kenalkan anak pada berbagai pecahan uang, mulai pecahan yang terkecil sampai pecahan yang terbesar. Selanjutnya berikan contoh barang-barang yang bisa dibeli dengan nominal pecahan tersebut.
§ Jika ada orang dewasa yang memberikan uang kepada anak kita yang usianya masih balita, tidak masalah uangnya diterima, tetapi setelah itu beri pilihan kepada anak akan digunakan untuk apa uang tersebut disertai dengan konsekuensi dari pilihan yang diberikan.
§ Seiring dengan pengenalan konsep uang, berikan juga pengenalan konsep menabung. Menabung dalam hal ini tidak melulu harus di bank tapi bisa dimulai dari skala kecil misalnya menggunakan celengan atau bahkan bisa dalam bentuk logam mulia sekalipun *uhuyyy...maknya aja kembang-kempis beli LM, hi..hi..hi..!*
§ Jika anak sudah memasuki usia sekolah, untuk menghindari jajan yang berlebihan di sekolah, berikan bekal makanan dari rumah, selain kualitas makanan lebih terjaga juga melatih anak untuk berhemat. Jika suatu saat timbul keinginan anak untuk membeli jajan seperti teman-temannya yang lain (bisa saja tiba-tiba merasa minder atau ada temannya yang meledek), tidak masalah membekalinya dengan uang saku dan mengijinkannya membeli jajanan tetapi pastikan dulu kita mengetahui apa yang akan dia beli dan pelajari dengan baik sehingga bisa memberikan penjelasan tentang efek jajanan tersebut bagi kesehatannya.
§ Jika anak merengek meminta sesuatu dengarkan dulu apa keinginannya, jika ternyata barang yang diinginkannya sudah dimiliki dan kondisinya masih layak pakai maka jelaskan kepada anak bahwa tidak semua keinginan harus terpenuhi dan barang-barang yang tidak bermanfaat ketika dibeli di dunia kelak akan dipertanyakan dan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah di akhirat untuk apa barang tersebut dimiliki. Penjelasan diberikan dengan menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti oleh anak.
§ Tanamkan pada diri anak kita bahwa uang yang kita peroleh merupakan salah satu rizki dari Allah, dan didalam rizki tersebut ada bagian untuk orang yang lebih membutuhkan sehingga anak akan mempunyai kebiasaan ikhlas bersedekah.
Jadi, tidak perlu ragu-ragu untuk mengenalkan konsep uang dan manajemen keuangan kepada anak. Selama orang tua melakukan dan memberi contoh dengan konsisten, insyaa Allah anak akan bisa mengendalikan diri dalam memanfaatkan uang. ^_^
No comments:
Post a Comment